Setan itu Bernama Hormon

0

 Setan itu Bernama Hormon

Kang H.Idea¹

Pusat pikiran dan tindak tanduk manusia itu ada di otak. Pikiran saya diolah di otak. Otak saya pula yang memerintahkan jari-jari saya untuk bergerak, mengetikkan kata-kata yang ada di pikiran saya menjadi deretan huruf yang Anda baca di layar gawai Anda. Saya dengan sadar berpikir, kemudian bertindak.

Tapi manusia tidak sepenuhnya bertindak dengan sadar. Ada banyak bagian tubuh yang tidak dikendalikan oleh otak sadar. Detak jantung, gerakan otot pemicu ejakulasi, misalnya, bukan gerakan yang bisa kita kendalikan secara langsung dengan kesadaran. Ada pula tindakan yang bisa dikendalikan dengan kesadaran, tapi bisa pula terjadi tanpa kesadaran.

Ringkasnya, manusia punya 2 mekanisme secara garis besar. Sepenuhnya terkontrol, dan hanya terkontrol sebagian. Misalnya seorang laki-laki melihat perempuan. Ia tertarik secara seksual. Ia berfantasi. Lalu pelirnya ereksi. Ereksi itu bukan sesuatu yang bisa sepenunya dikendalikan seperti gerakan tangan. Tapi dengan mengendalikan pikiran kita masih bisa menentukan untuk ereksi atau tidak. Di sisi lain, gerakan yang biasanya bisa kita kendalikan secara sadar, ada kalanya terjadi tanpa kontrol kita.

Dalam keseharian kita bertindak di bawah kendali pikiran. Kita lapar, dengan sadar kita bergerak untuk makan. Tapi sebenarnya 70% tindakan kita seharian itu kita lakukan tanpa sadar. Bukan beararti kita tidak sadar sama sekali. Tapi tindakan-tindakan rutin kita sudah terdaftar sebagai program tetap di otak, yang bisa kita lakukan tanpa berpikir dengan sadar. Itulah yang disebut kebiasaan.

Nah, ada lagi situasi di mana orang bertindak seakan tak terkendali sama sekali oleh kesadarannya. Kita menyebutnya kalap. Orang yang sedang marah, misalnya, mengamuk tak terkendali. Atau, orang yang sedang birahi, nyeruduk tanpa bisa menahan. Atau, orang yang bertindak tanpa rasio. Misalnya, ngewe sama bini orang. 

Dalam keadaan normal hal-hal itu tidak akan dia lakukan. Misalnya merusak barang atau ngewe bini orang. Dia tidak mau, atau takut. Tapi ada kalanya kendali nalar sudah hilang, digantikan oleh sesuatu yang lain. Apa itu? Hormon.

Hormon adalah substansi kimiawi yang diproduksi oleh berbagai kelenjar dalam tubuh. Hormon-hormon bekerja seperti penyentil sel-sel, menggugahnya untuk melakukan hal tertentu. Di bagian saraf, hormon menyentil sel-sel saraf, membuat saraf menyampaikan pesan tertentu yang menggerakkan organ.

Hormon tidak bekerja secara tunggal. Kerja beberapa hormon menghasilkan keadaan tertentu, memicu hal-hal tertentu, seperti nafsu makan, gairah seks, amarah, dan sebagainya. 

Orang sedang bertengkar, misalnya. Kata-kata pihak lawan diolah di otak, memicu terbentuknya hormon testosterone, dan pada saat yang sama hormon cortisol berkurang. Testosterone antara lain berfungsi mempengaruhi kerja jantung. Makanya orang yang marah jantungnya berdetak lebih cepat. 

Sama halnya dengan orang yang mengalami gairah seksual. Estrogen dan testosterone, ditambah oxitosin, bekerja bersama menciptakan situasi yang kita sebut gairah seksual. 

Nah, ketika seorang laki-laki melihat perempuan dan tertarik secara seksual, ada dorongan dalam tubuh yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan dengan pikiran sadar. Demikian pula ketika orang marah tadi. Orang zaman dulu menyebutnya godaan setan. 

Bisakah dorongan itu kita tolak? Ketertarikan seksual atau kemarahan itu dalam banyak kasus sifatnya refleks. Artinya tidak dikendalikan kesadaran. Tapi soal membesar atau mengecilnya, bisa kita kendalikan. 

Anda lihat bini tetangga, misalnya. Anda terpikir dia hot. Itu mungkin terlintas tanpa terkendali. Tapi kalau Anda segera alihkan pikiran ke hal lain, pikiran tadi segera sirna. Kalau Anda terus memikirkan dan berfantasi, akan makin besar gairahnya. Kalau Anda sudah berdua di kamar, sama-sama berpikir untuk senggama, gairah seksual sudah tinggi, kadar hormon sudah sangat tinggi. Kesadaran sudah makin kabur. 

Karena mekanisme itu banyak orang yang menyesal telah melakukan sesuatu. Ketika ia sedang menyesal, ia dalam kendali kesadaran. Nalarnya berperan lebih kuat. Tapi nanti ketika ia kembali ke keadaan dikuasai hormon, ia akan khilaf kembali.

Pengndalian diri adalah soal bagaimana kita secara sadar mengatur pikiran kita untuk bertindak dengan kendali kesadaran, bukan di bawah kendali hormon. Itulah yang disebut mind setting. 

Dalam agama, orang yang sedang marah, misalnya, disuruh duduk, atau berwudu. Itu untuk memberi jeda kepada otak, untuk lepas dari kendali hormon. Jagalah pandangan, jangan melotot kalau lihat perempuan, adalah pengendalian agar hormon-hormon seksual tidak berkembang liar.

Setan itu sebenarnya tidak ada. Setan adalah deskripsi zaman dulu ketika kesadaran manusia dianulir oleh kerja-kerja hormon.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top