Namun, belajar saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan tindakan nyata. Untuk berkembang, setiap orang harus berani mencoba. Mencoba berarti melangkah keluar dari zona nyaman, menghadapi risiko, bahkan menerima kemungkinan kegagalan. Tanpa keberanian untuk mencoba, semua pengetahuan hanya akan berhenti pada teori yang tidak pernah mewujud dalam kehidupan. Dalam proses mencoba inilah seseorang ditempa oleh pengalaman, dan pengalaman itulah yang memperdalam pemahaman serta membentuk kematangan.
Mendengarkan dan mencoba adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Mendengarkan tanpa mencoba akan melahirkan kebijaksanaan yang tumpul, sementara mencoba tanpa mendengarkan akan melahirkan kesalahan yang berulang. Keseimbangan keduanya menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan sejati. Orang yang mau mendengarkan akan memiliki dasar yang kuat, dan orang yang berani mencoba akan mampu menguji serta mempraktikkan apa yang ia pelajari. Sinergi ini menjadikan proses belajar lebih bermakna dan hasilnya lebih nyata.
Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek. Seorang murid perlu mendengarkan gurunya sebelum ia mencoba mengerjakan soal. Seorang karyawan perlu mendengarkan arahan sebelum ia mengimplementasikan strategi. Seorang pemimpin pun harus mendengarkan suara rakyat sebelum mencoba membuat kebijakan. Mendengarkan dan mencoba tidak hanya menjadi kebiasaan individu, melainkan juga landasan bagi terciptanya kerja sama dan harmoni dalam masyarakat.
Akhirnya, hidup adalah perjalanan panjang yang menuntut keseimbangan antara menerima dan bertindak. Mendengarkan mengajarkan kita untuk rendah hati dan menyerap ilmu, sedangkan mencoba mengajarkan kita untuk berani mengambil risiko demi perkembangan diri. Mereka yang mampu menggabungkan keduanya akan menemukan bahwa belajar bukan sekadar proses intelektual, tetapi juga jalan menuju kebijaksanaan dan kedewasaan. Dengan begitu, perkembangan bukanlah sekadar tujuan, melainkan buah dari keberanian untuk mendengarkan dan kesungguhan untuk mencoba.
