Mengapa rakyat Papua termiskin se- Indonesia? Padahal sumber daya alam Papua paling terkaya didunia, seiring dengan itu rakyat Papua seharusnya kaya raya dimuka bumi bukan?

Namun fakta sebaliknya bahwa 5 Propinsi Papua masuk kategori termiskin se-Indonesia seperti diungkap Dosen Universitas Papua Barat (UNIPA) Manukwari, Profesor Dr. Agus Sumule, di http:.//Suara Papua. Com, (22/11/18).

Saya hanya sekilas dan singkat, tanpa kutipan refrensi, kecuali itu, penulisan sepenuhnya mengandalkan ingatan dari berbagai sumber bacaan yang pernah dibaca.

Penulis mau memberitahu atau mencari tahu mengapa penduduk Asli Papua termiskin? Sambil menganalisa sesuai judul seputar mengapa kelima Propinsi Papua yang kaya raya rakyatnya bisa sangat miskin?

Papua Dimiskinkan 

Sejak awal dua proklamator Indonesia (Bung Karno dan Bung Hatta) berbeda pendapat soal Papua. Muhammad Hatta (Bung Hatta) menolak Papua dimasukkan dalam NKRI, dengan alasan Papua berbeda dari Nusantara secara etnis, dan Wilayah itu masih primitive, lanjutnya Papua punya masa depan sendiri. 
Demikian Muhammad Hatta Proklamator Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Infonesia (NKRI) itu beralasan. 

Muhammad Hatta sering diungkap Cendekiawan Muslim Indonesia, Nur Cholish Majid (Cak-Nur) dalam berbagai tempat sebagai deretan pertama orang Indonesia yang mengenyam pendidikan modern di Barat (Doktornya di Universitas Leyden Belanda) sangat paham demokrasi dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).

Sebaliknya Bung Karno, Papua harus dimasukkan ke Indonesia. Selain ambisi pribadi yang akan diungkap dibawah ini, alasan lainnya Papua bagian dari sisitem pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Kemerdekaan Indonesia karenanya meliputi seluruh Wilayah dari Sabang sampai Mereauke sebagaimana hal itu berlaku saat Hindia Belanda berkuasa 300 tahun.

Bung Karno, Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia itu jelas terliha t ada ambisi pribadi, -berbeda dari Bung Hatta (kedua proklamator ini berbeda pendapat soal Papua) -yang ingin menjadikan Indonesia seperti negara Adi Kuasa USS berhadapan dengan USA pada masa, perang dingin, persaingan kedua ideologi Komunisme (anti Tuhan) dan Kapitalisme (mendewakan Kekayaan Materi) negara Adi Kuasa itu mau (mengajak) merebut pengaruh negara-negara miskin dan terbelakang baru merdeka yang umumnya dikawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Persaingan ideologi merebut pengaruh untuk mendominasi dunia terbelah dua Blok Timur Komunis dipimpin Uni Soviet dan Blok Barat beserta sekutunya dipimpin USA (Amerika Serikat) hingga hari ini masih eksis dan belakangan ini disaingi Cina (RRC), pasca runtuhnya Uni Soviet, era Presiden, Michael Gorbaceve Tahun 1992.

Bung Karno agaknya mau meniru Uni Soviet yang menyatukan berbagai wilayah dan bangsa dalam kesatuan Uni Soviet, yang kemudian terbukti paham komunisme runtuh, gagal porak-poranda kini tersisa Rusia.

Untuk membangkitkan semangat itu Bung Karno mencari landasan pembenar dengan menghidupkan kembali spirit (semangat) masa lalu zaman kerajaan purba yakni semangat penyatuan Nusantara dari masa kekuasaan Gajah Mada yang pengaruhnya hingga Vietnam dan sebahagian Wilayah Asia Tenggara.

Terbukti disebutkan batas Wilayah bagian Timur hingga didaerah Pulau kecil jazirah Onim (termasuk Wilayah Fak-Fak) sehingga Papua besar ikut dikorbankan ambisi Bung Karno digabungkan ke dalam Indonesia melalui Pepera, Tahun 1962.

Sejak saat itu proses pemiskinan dan pembunuhan orang Papua serta perampokan kekayaan alam dimulai sejak ditandatangani Kontrak Karya PT Freeport Mc Moran (kini Freeport Indonesia, PT FI).

Sebagai akibatnya rakyat Papua dan kekayaan alamnya menjadi semacam perburuan untuk mendapatkan keuntungan, dibawah pengawasan Indonesia Amerika Serikat merajalela mengeruk kekayaan Emas, Perak, Tembaga, Uranium, Biji Besi, dan lain-lainnya puluhan tahun hingga saat ini masih berlangsung dengan berbagai alasan pembenar.

Perampokan kekayaan alam dan pembunuhan rakyat Papua semakin tak terkendali hingga dewasa apalagi dengan pemekaran Propinsi yang mau diincar bukan manusia Papua dan pembangunan melainkan pengangkutan kekayaan alam Papua mau dibawa pergi membangun masyarakat mereka sembari membiarkan rakyat Papua miskin dan tertinggal diatas kekayaan alamnya.

Papua yang nasibnya tak menentu digabung dalam NKRI melalui Trikora. Konfrontasi Belanda dan Indonesia atas Tanah Emas Papua hanya bisa direlai PBB melalui meja perundingan antara Belanda dan Indonesia yang dibantu Amerika.

Perlu diingat dan patut dicatat disini adalah bahwa sesungguhnya peran ganda Amerika memberikan dukungan kepada Indonesia atas Papua dari tangan Belanda motivasi utamanya, merampok kekayaan alam Papua melalui PT Freeport Mc Moren. 

Hal itu terbukti tahun 1967 kontrak karya PT Freeport ditanda tangani Indonesia dan Amerika tanpa izin pemilik orang Papua sebelum status Papua resmi disahkan oleh PBB tahun 1972 sebagai bagian dari Indonesia. 

Sebelum reformasi tahun 1989, Tambang Emas Freeport raksasa dunia ini, dulu disebut Tembagapura, seakan yang dikeruk hanya tembaga, suatu bentuk penipuan menyesatkan publik agar mengira disana hanya terdapat tambang Tembaga.

Konfrontasi Indonesia-Belanda

Papua bergabung kedalam NKRI bukan secara suka-rela dan bukan pula keinginan rakyat Papua melainkan melalui proses panjang, tidak hanya dialog (meja perundingan) tapi melalui peperangan dan pertumpahan darah tidak sedikit antara pasukan Indonesia dan Belanda serta rakyat sipil juga pasukan tentara Papua yang berpihak ke Belanda karena diiming-imingi Belanda menjajikan memerdekakan Papua menjadi sebuah negara berdaulat sendiri seperti Papua New Guinea (PNG).

Hasil Pepera yang curang dan tak sesuai mekanisme PBB membuat rakyat Papua menolak dan konfrontasi bersenjata antara pasukan Belanda dibawah pimpinan Ratu Yuliana dan Indonesia dibawah pimpinan Pasukan Mayjend Soeharto, Sudomo dan Samratulangi, yang nama terakhir akhirnya jadi tumbal gugur dilautan Fasifik oleh pasukan Belanda. 

Amerika Serikat seakan ingin menjadi penolong bagi negara miskin Indonesia yang baru merdeka tahun 1945. Dengan berbagai iming-iming bantuan ekonomi dan pinjaman Keuangan serta kerjasama militer, melalui agen CIA, Amerika turut memberikan andil besar proses penyerahan Papua ketangan Indonesia dari kontrol Belanda.

Andil besar Amerika kepada Indonesia dengan cara memberikan tekanan kepada Belanda di forum internasional (PBB) agar pembangunan dan persiapan masa depan Papua Merdeka berdaulat penuh untuk sementara waktu diserahkan kewenangan untuk dipersiapkan oleh dan dibawah kendali dari Indonesia yang lebih dekat secara geografis ketimbang Belanda dari Benua Eropa ribuan mil jarak jauhnya.

Presiden Amerika, John F Kennedy berkunjung ke Jakarta, bertemu Presiden Soekarno, Amerika ingin (pura-pura) jadi Dewa penolong Indonesia yang baru merdeka dari sejarah panjang negara terjajah oleh Portugis, Belanda dan Jepang selama 350 tahun terutama untuk mewujudkan ambisi pribadi Bung Karno menjadi pemimpin berpengaruh dikalangan pemimpin negara miskin dan terbelakang, dunia ketiga (Asia, Afrika dan Amerika Latin). 

Akal busuk Amerika tak selalu mulus karena Bung Karno bukanlah seorang pemimpin yang bodoh. Sebagai seorang pemimpin dunia ketiga yang berpengaruh Soekarno menjalin hubungan baik tidak saja dengan Amerika sebagai pemimpin Blok Barat tapi hubungan Bung Karno dengan Uni Soviet juga mesra sebagai pemimpin Blok Timur Komunis. 

Pemilu tahun 1955 membuktikan bahwa pengaruh komunis di Indonesia cukup kuat dengan keluarnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai pemenang suara terbanyak ke-3 setelah PNI dan Masyumi (1943). NU yang bergabung dengan Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) keluar Tahun 1952 dan Partai Masyumi dibubarkan oleh Soekarno tahun 1962. (Http://Id.m. Wikipedia.org).

Kedekatan hubungan Presiden pertama Indonesia itu dengan Uni Soviet menimbulkan ketidaksukaan Amerika sehingga melalui CIA (inteligen) kekuasaan Presiden Soekarno digoyang dengan munculnya pemberontakan Daerah. 

Pemberintakan Permesta muncul di Sulawesi dan PRRI muncul di Sumatera sepenuhnya dibelakangnya ada peran CIA Amerika untuk menjatuhkan Bung Karno yang hubungannya dekat dengan Uni Soviet sebagai kompatitor ideologi Amerika yang Kapitalis. 

Melalui agen CIA, Amerika berusaha mencari figur untuk menjatuhkan kekuasaan Bung Karno yang dianggap dekat dengan ideologi Komunis yang anti Tuhan (Komunisme Uni Soviet). 

Akhirnya CIA mendekati Mayjend Soeharto dan melalui Surat Perintah Sebelas Maret (supersemar), yang masih misteri keabsahannya itu, proses pengalihan kekuasaan Presiden Soekarno, dimulai.

Kudeta berdarah pembantaian Tujuh (7) Jendral di Lubang Buaya, Jakarta Timur, mengorbankan para Perwira Tinggi Militer yang dianggap dekat dan loyal dengan Presiden Soekarno hanya Ahmad Haris Nasution yang lolos bisa selamat.

Peran ganda Amerika memberikan dukungan kepada negara lemah dan miskin seperti Indonesia yang baru dimerdekakan Jepang secara tehnologi masih sangat terbelakang, sepenuhnya bisa dipahami. 

Kenapa karena kalau Papua dibawah kendali Ratu Yualiana dari kerajaan Belanda, tujuan busuk Amerika merampok kekayaan Emas, Perak, Tembaga, Uranium, Timah, Besi dll tidak mungkin terlaksana. Belanda bukanlah negara miskin seperti Indonesia dan tak kalah jauh tekhnologinya dengan Amerika untuk mengelola Sumber Daya Alam Papua dibidang pertambangan Emas yang diincar Presiden Amerika, John F Kennedy, yang akhirnya ditembak mati.

Wajar kalau kemudian Amerika turun tangan dalam konfrontasi bersenjata, perlawanan rakyat Papua yang berharap dimerdekakan Belanda karena dijanjikan Belanda sendiri, terbukti dengan deklarasi kemerdekaan Papua, kemudian digagalkan Bung Karno melalui Tri Komando Rakyat (Trikora) di Jogjakarta pada Tahun 1965, bunyi Trikora diantaranya: “ Bubarkan Negara Boneka Irian Barat Buatan Belanda..” dst.

Berbeda Amerika, Bung Karno, selain kebenciannya kepada Belanda yang menjajah bangsanya selama 300 tahun lebih, motiv lain Bung Karno adalah seperti dijelaskan diatas ingin seperti negara Uni Soviet, menyatukan berbagai bangsa dan ideologi dalam apa yang dia kenalkan sebagai Nasionalis, Islam dan Komunis (Nasakom) tapi akhirnya gagal dengan pemberontakan G30S PKI Madiun tahun 1965, nyatanya ideologi komunis yang ateis (anti Tuhan) tak bisa hidup satu kamar dengan ideologi Islam yang percaya Tuhan.

Motivasi Merampok 

Tidak Belanda, Tidak Amerika, motivasi semua bangsa masuk ke Papua tujuan utamanya bukan membangun dan memperkaya rakyat Papua, tapi ingin menguasai kekayaan alam Papua. 

Kekeliruan pemahaman atau doktrin keropos yang dinarasikan sebahagian pihak dimedia seolah orang (bangsa) lain datang berniat mau membangun bangsa (orang) lain. Hal itu tidak masuk akal karena selain janggal dan tidak meyakinkan kebenarannya dalam lintasan sejarah peradaban umat manusia paling kuno hingga era paling modern hari ini.

Contoh sederhana selama 300 tahun Belanda berkuasa di Indonesia, apakah mau disebut kehadiran Belanda di Indonesia membangun Indonesia dan mensejahterakan rakyat Indonesia? Tidak! Belanda terbukti ratusan tahun hanya mengeruk kekayaan alam Indonesia membawa pergi membuat Eropa jadi makmur.

Demikian kehadiran VOC sebagai serikat dagang jauh dari Eropa Selatan (Portugis dan Spanyol) di Nusantara sebelum Belanda, apakah mau memajukan ekonomi rakyat pribumi Nusantara? 

Apakah kehadiran semua bangsa asing di Nusantara sebagai cikal bakal negara kita bernama Indonesia bertujuan mencari keuntungan ataukah mau memajukan rakyat pribumi Nusantara sehingga jadi kaya tidak miskin atau sebaliknya miskin bahkan paling miskin?

Spanyol di Amerika Selatan dari seberang lautan bertujuan semata-mata mencari kekayaan dari Tanah kaya Benua Amerika. Demikian Amerika Serikat, negara Super Power, paling maju ilmu dan teknologi, tujuan Colombus mencari buah pala di Maluku nyasar terdampar di Amerika, motivasinya kekayaan bukan untuk orang lain tapi dirinya pribadi.

 Hampir seluruh penaklukan dan penguasaan bangsa atas bangsa lain sepenuhnya mencari kekayaan bukan bertujuan memajukan bangsa yang ditaklukkan bukan? Turkey Ustmani yang hampir separuh Eropa Timur menguasai berjaya diabad pertengahan masa-masa kejayaaan Islam sepenuhnya motive memguasai dan upeti rutin bagi raja.

Tidak ada cerita bohong bilang kehadiran bangsa asing dan bangsa lain kesuatu wilayah asing bertujuan untuk memajukan pribumi negeri itu, selain hal demikian tak pernah terbukti dalam lintasan sejarah peradaban umat manusia dari zaman, peradaban manusia di Harappa, Sungai Indus antara India dan Pakistan, peradaban zaman penemuan tekhnologi pengairan pertanian Mesopotamia, hingga peradaban Firaun Mesir, hingga era modern ini. 

Singaktnya orang atau individu pergi merantau keluar dari kampung halaman tempat kelahirannya hadir suatu tempat,kemanapun dia pergi, sejauh manapun dia pergi tujuannya hanya satu untuk membangun diri dan kesejahteraan ekonomi dirinya bukan membangun hidup orang lain apalagi membangun kesejahteraan bagi orang lain.


Orang Tidak Pernah Mungkin Membangun Orang Lain kecuali Membangun Dirinya Sendiri. Dengan kata lain, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa kecuali bangsa itu mengubah nasib dirinya sendiri. 

Penaklukan Indonesia melalui dukungan politik Amerika diforum forum-forum Internasional PBB hingga hari ini motivasinya sama untuk memguasai kekayaan alam Papua untuk kemakmuran rakyat dinegaranya dengan konsekuensi memiskinkan rakyat penduduk asli Pribumi Papua. 


Sumber: ustadz Ismail asso