Laki - laki sejati itu tahu aturan adat,
tahu menjaga diri, menghargai orangtua, menghormati satu sama lain.
Laki - laki yang sesungguhnya adalah turbo - nya wanita, yang memiliki
kesanggupan dalam melindungi, mengendalikan kekuatan, dan menyampaikan
emosional hingga mengasa keberanian.
Seseorang
yang katanya laki - laki, di bentak dan di gertak atau di kritik
sedikit saja langsung mental drop berubah jadi " mental banci ",
menandakan dia sebagai orang lemah, dan tidak pantas dikatakan laki -
laki. Mental banci tidak pantas ada di Papua, sebab Papua ini keras.
Alam
orang lain ambil, Ekonomi orang Pendatang kuasai, baru mo tinggal
mengeluh - mengeluh dan gantung - gantung bibir saja kh ? Atau tunggu
Tuhan Allah kasih turun "Merah biru" dari langit ? atau mau tunggu hujan
beras, hujan emas, hujan biskuit, hujan gula, hujan kopi, hujan susu
dari atas langit ??
Harus
berusaha, harus kerja, disamping itu jangan lupa tentang peka terhadap
rangsangan kemanusiaan Papua yang Jumlahnya sudah sangat "Malas dengar "
ini. Hari ini ada perang di Nduga, ratusan orang mati, ribuan
mengungsi, sebagian Anak2 muda Papua badan besar2, tenaga habis di minum
mabok dan acara pesta setan. Setelah itu, (pencuri, perkosa, palak,)
bikin masalah lari ke hutan, ke saudara, Polisi dapat rusuk bangka,
sakit bahkan mati di penjara. Itulah hasil penjajahan Indonesia,
membutakan mata generasi untuk tidak mengenal sejarahnya sendiri.
Banyak
Pejabat orang Papua juga yang sombong sampai lupa diri, ujung -
ujungnya Pasti peti mayat sandar di depan rumah. Banyak pegawai, kepala
bagian, pengusaha, bahkan pebisnis lokal orang Papua yang bertuan kepada
orang Pendatang diatas tanahnya sendiri. Apa tidak keliru ? Ini namanya
penjajahan ! Kehidupan yang sesungguhnya yang harus terjadi di tanah
Papua bukan seperti ini !
Laki
- laki menjadi pemalas lipat kaki tangan, perempuan menjadi tukang
hambak - hambak alias manja lumpur sedangkan yang banci tunjukkan
taring tombong kelapa. Ah kampungan see, model begini Jangan berharap
orang Papua maju dan sejahtera, Jangan harap generasi Jadi baik, itu
mimpi yang tidak akan terwujud selamanya.
Model
begini Jangan berharap pembangunan, keadilan, sejahtera bagi Papua,
sebab isi seluruh pembangunan itu membutuhkan manusia Papua yang miskin,
terbelakang dan penuh penghinaan. Dalam 1 minggu saja di seantero
Papua, ada 8 sampai 10 orang Papua yang mati. 1 Minggu di kali 10, dalam
10 minggu (2 bulan 2 minggu) sudah 80 orang Papua mati. Ini nyata dan
Fakta ! Truss apa yang di harapkan dari pemerintahan hari ini ? ditambah
lagi banyak tuduhan, pelecehan, fitnah yang menjadikan generasi Papua
sebagai objek agar bisa dijadikan ladang uang bagi penguasa.
Diatas
Ini semua terjadi nyata dan masih berlangsung sampai detik ini, Kam mau
tunggu Siapa yang datang rubah Papua ? Orang barat ? China ? Kampret
batangan ! Semua itu pencuri dan penjajah, kecuali sadar, bangkit dan
lawan, cuma itu satu - satunya menuju penyelamatan bagi Papua !