STOP MENJUAL TANAH

0

Tidak ada tempat lagi bagi generasi Papua yang akan dating untuk tinggal dan hidup di atas tanahnya sendiri, jika tanah Papua atau leluhurnya dijual oleh orang asli Papua (OAP) zaman sekarang. Masalah penjualan dan kerusakan tanah di Papua menjadi masalah penting dalam kehidupan OAP. Penjualan tanah terjadi di seluruh pelosok-pelosok dan di wilayah-wilayah di tanah  Papua, maupun Papua. Menjual tanah adalah menjual diri dan ibu atau mama yang memberi hidup untuk manusia. Kita beraktivitas dan hidup di atas tanah Papua. Toh, kita mau jual tanah atau ibu kita? Nanti anak cucu kita mau dikemanakan?

Penjualan tanah terjadi di tanah Papua yang paling sering terjadi dipengaruhi oleh transmigrasi yang merupakan dampak dari pemekaran daerah otonomi baru di Papua. Orang non Papua berbondong-bondong datang ke Papua, perpindahan penduduk Papua ke daerah Papua lain dengan alasan untuk membangun tanah Papua, dan pemekaran-pemekaran wilayah atau daerah otonomi baru di tanah Papua merupakan dalang penjualan tanah di Papua yang terjadi hanya untuk kebutuhan sesaat, tanpa memikirkan nasib anak cucu nanti.

Penjualan tanah di Papua juga terjadi karena semua orang ingin berlomba untuk memegang uang yang jumlahnya besar dan untuk mencari nama. Namun, setelah  itu selesai dan mau buat apa tidak tahu, hanya untuk memakai uang saja. Sedangkan, yang menjadi penyakit adalah penjualan tanah akibat pemekaran daerah otonomi baru yang dampaknya  dirasakan oleh kita, kapan dan di mana saja di tanah Papua. Dengan melihat situasi penjualan tanah di mana-mana, penjual tanah di setiap pelosok kota dan kampung di tanah Papua, maka mengingatkan  kita kembali untuk nasehat leluhur manusia bangsa Papua pada umumnya dan khususnya daerah kabupaten intan jaya yang memandang tanah sebagai ibu atau mama yang selalu memberikan hidup untuk kehidupan manusia Papua.

Mari kita bergandeng tangan. Stop menjual tanah atau mama kita pada umumnya  di tanah Papua dan lebih khusu tanah migani kabupaten intan jaya ! Mari kita pikirkan nasib anak cucu kita ke depan.

Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top