“Di Beranda Ingatan, Aku Mengenangmu.”
Apa kabar, Tuan yang hari-harinya sudah dipenuhi kebahagiaan? Apakah sungguh hatimu tak pernah lagi merasakan kesakitan? Karena aku sering mengutuki diri sendiri. Telah begitu bodoh melepaskanmu pergi.
Apa kabar, Tuan yang hari-harinya sudah dipenuhi kebahagiaan? Apakah sungguh hatimu tak pernah lagi merasakan kesakitan? Karena aku sering mengutuki diri sendiri. Telah begitu bodoh melepaskanmu pergi.
Aku seharusnya tak lagi membuka kotak pandora dalam kepalaku. Menyadari bahwa pasti akan ada sesak yang masuk tiba-tiba. Tapi ah, siapa yang peduli? Nyatanya, ingatan itu bertamu, lagi dan lagi
Mungkin tak cukup dengan secangkir kopi, yang kubiarkan begitu saja mendingin perlahan-lahan di pagi hari. Kau tentu tahu, aku hanya menyukai aromanya, bukan rasanya. Mungkin memang ia butuh ditemani oleh suara rintik hujan dan puluhan larik puisi
Hai, Tuan yang tak boleh lagi kurindukan. Di beranda ingatan, aku mengenangmu. Dengan perasaan yang masih berantakan.