Breaking News: Masyarakat Intan Jaya Menuntut Tanggung Jawab Negara dan Penolakan terhadap Blok Wabu
Intan Jaya, 28 Oktober 2025 – Suara penolakan terhadap operasi militer dan eksploitasi tambang kembali bergema dari Intan Jaya. Masyarakat sipil, didukung oleh solidaritas mahasiswa dan berbagai tokoh, dengan tegas menyuarakan tiga tuntutan utama: pertanggungjawaban pemerintah atas pembunuhan warga sipil, penarikan pasukan militer non-organik, serta penolakan terhadap rencana eksploitasi tambang emas di Blok Wabu.
📜 Latar Belakang Tuntutan
Blok Wabu, sebuah wilayah di Intan Jaya, Papua Tengah, yang kaya akan cadangan emas, telah lama menjadi pusat konflik dan ketegangan. Rencana eksploitasi oleh PT Aneka Tambang (ANTAM) yang didukung pemerintah pusat, telah memicu gelombang penolakan dari masyarakat adat yang merasa hak-hak mereka diabaikan .
Selama bertahun-tahun, wilayah ini juga menyaksikan eskalasi keamanan yang signifikan dengan penempatan pasukan militer non-organik dalam jumlah besar. Kehadiran mereka sering dikaitkan dengan insiden kekerasan yang menimpa warga sipil, memicu trauma dan mengakibatkan banyak keluarga terpaksa mengungsi dari kampung halaman mereka .
✊ Tiga Tuntutan Inti dan Dasar Pengaduannya
Berikut adalah penjabaran dari tiga agenda utama yang diperjuangkan oleh masyarakat Intan Jaya:
1. Pertanggungjawaban atas Pembunuhan Warga Sipil: Masyarakat menuntut pemerintah pusat mengakui dan bertanggung jawab atas insiden-insiden yang merenggut nyawa warga tidak bersalah. Sebuah laporan dari Amnesty International, seperti yang dikutip dalam petisi, menyoroti situasi HAM yang memprihatinkan di Intan Jaya, di mana warga hidup dalam ketakutan . Insiden pada Oktober 2021, dimana seorang anak berusia dua tahun, Noprianus Sondegau, tewas tertembak, merupakan salah satu contoh kelam yang masih menuntut penyelesaian .
2. Penarikan Militer Non-Organik: Tuntutan untuk menarik pasukan militer non-organik dari Intan Jaya didasari oleh dampak psikologis dan keamanan yang mereka timbulkan. John NR Gobai, Ketua Kelompok Khusus DPR Papua, telah sejak tahun 2021 meminta penarikan pasukan ini demi kemanusiaan, ketenangan daerah, dan citra negara . Tokoh perempuan Intan Jaya, Selly Selegani, juga menyatakan bahwa kehadiran militer mempersempit ruang gerak perempuan dalam aktivitas sehari-hari seperti ke kebun, yang dilakukan dalam keadaan penuh ketakutan.
3. Penolakan Eksploitasi Blok Wabu: Penolakan ini bersifat mutlak dan didasari oleh keyakinan bahwa tanah adalah ibu ("mama") yang menghidupi. "Blok Wabu bukan emas, tapi mama kami. Kami percaya tanah adalah mama. Kalau mama kami dihancurkan... kami jadi yatim piatu," tegas aktivis Marsel Pigai . Masyarakat adat, termasuk suku Moni, memandang Blok Wabu sebagai ruang hidup yang menyediakan sumber air, pangan, obat-obatan, dan identitas kultural yang tidak tergantikan . Hingga Oktober 2025, Tim Advokasi Blok Wabu bersama DPR Papua Tengah mengonfirmasi bahwa Blok Wabu belum memiliki Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), dan mereka berkomitmen untuk memastikan izin tersebut tidak akan diterbitkan .
🗣️ Suara dari Tanah Papua
Berikut adalah pernyataan tegas dari berbagai pihak yang terlibat dalam perjuangan ini:
· Martinus Maisini (Tokoh Masyarakat Intan Jaya): "Informasi bahwa Blok Wabu tidak memiliki IUPK adalah jawaban atas doa dan perjuangan panjang masyarakat Papua Tengah" .
· Selly Selegani (Tokoh Perempuan Intan Jaya): "Saya perempuan, tidak mau investasi Blok Wabu masuk dan beroperasi. Karena Blok Wabu itu saya punya jantung" .
· Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Papua: "Blok Wabu itu nyawa saya, hidup saya, dan paru-paru dunia maka kami menolak eksploitasi di Intan Jaya" .
🔮 Langkah Ke Depan dan Seruan
Perjuangan masyarakat Intan Jaya telah memasuki fase advokasi yang lebih terstruktur. Pada awal Oktober 2025, Tim Advokasi Blok Wabu bersama DPR Papua Tengah telah bertemu dengan Menteri ESDM di Jakarta untuk menyampaikan aspirasi penolakan ini secara langsung . Mereka bertekad untuk terus mengawal isu ini dan memastikan suara rakyat Intan Jaya didengar di tingkat pusat.
Mereka meminta pantauan dan dukungan dari semua pihak, baik nasional maupun internasional, untuk memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri atas wilayahnya, menghentikan kekerasan, dan melindungi ruang hidup mereka dari kerusakan eksploitasi.
Dengan tekad yang bulat, pesan dari Intan Jaya jelas: "Sampai Tuhan Yesus datang, warga Intan Jaya tegas tolak tambang emas Blok Wabu!" .

