SUDAH WAKTUNYA RAKYAT PAPUA MENGGUGAT PENDUDUKAN DAN PENJAJAHAN ILEGAL INDONESIA DI TANAH PAPUA
Foto Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA /Elegeweko Fhoto |
(Yang sudah SEKOLAH pasti mengatakan Papua bukan bagian dari wilayah NKRI. Mari, POAP Sadar, Bangkit, Bersatu, dan Menggugat Indonesia bangsa kolonial modern ini)
Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman
"Jangan takut tulis tentang sebuah kebenaran"_ (Barnabas Suebu, SH).
"Papua Lives Matter. Black Lives Matter. Save Lukas Enembe Gubernur Papua, Save Papua, Gugat Indonesia. Papua Bukan Bagian dari Wilayah Indonesia. Indonesia ilegal di Papua."
POAP harus gugat Indonesia dengan beberapa topik mendasar, yaitu:
1. Gugat Sejarah Penggabungan Papua ke dalam wilayah Indonesia.
2. Gugat Pelanggaran HAM berat
3. Gugat Dalam Perspektif Budaya
4. Gugat Perampokkan Penghasilan Sumber Daya Alam Papua sejak 1973 sampai sekarang
5. Gugat Ujaran Diskriminasi Rasial
Kami harus menggugat keberadaan Indonesia di Papua. Kami menggugat Indonesia, bukan karena kami POAP tidak senang dan membenci orang-orang Indonesia atau bangsa Indonesia. Tapi, memang POAP berhak untuk merdeka di atas Tanah Pusaka dan Tanah Leluhur kami. Dan memang sudah waktunya POAP menggugat Indonesia.
Pertanyaan POAP sebagai berikut:
1. Siapa ini Hendropriyo yang menghina kami POAP?
2. Siapa ini Megawati Sukarnoputri yang menghina dengan menkopisusukan kami POAP?
3. Siapa ini Luhut Binsar Panjaitan yang menghina kami POAP?
4. Siapa ini Moeldoko yang menteror dan mengacam POAP di depan publik?
5. Siapa ini Mahfud MD yang menghina kami dan melabelkan kami POAP dengan label teroris?
6. Siapa ini Tito Karnavian yang memaksa kami POAP untuk terima Otsus Sentralisasi jilid 2 dan DOB Boneka?
7. Siapa Firli Bahuri ini yang mengkriminalisasi uang pribadi Lukas Enembe Gubernur Papua 1 Milyar ke gratifikasi?
(1) Dimana dusun mereka di Papua?
(2) Marga apa orang-orang ini?
(3) Apakah orang-orang ini pernah membuat perahu dan honai atau berkebun bersama-sama dengan leluhur dan nenek moyang kami?
(4) Di mana bekas kaki dan kebun mereka?
(5) Dimana bekas bakar batu mereka?
Jawabannya ada dalam studi Sosiologis/Antropolgis ada 8 orang Ahli, yaitu:
1. Dr Held dlm bukunya De Papuas Improvizators,
2. Dr Kamma bukunya Koreri Bewegings, 3. Dr J.V. de Bruin bukunya Het Verdwenen Volk,
4. Dr van Baal bukunya DEMA ( Description of Marind Amin ),
5. Wyent Sargent The Peoples of Shangrilla ( Baliem Valley )
6. Don Richardson bukunya The Peace Child ( Anak Perdamaian ).
7.Dr.Josz Mansoben bukunya Kepemimpinan Tradisional di Irian Jaya; 8. Prof Koencaraningrat bukunya Kebudayaan Irian Barat.
Jadi ada 8 buku tentang Budaya Papua yang ditulis oleh 8 ahli, yaitu 2 Ahli Theologia 2 Ahli Pemerintahan, 2 Ahli Antrolog/Sosiologi dari Amerika 2 Antropolog dari Indonesia.
Dalam studi kebudayaan ini, para peneliti tidak ditemukan lelehur dan nenek moyang bangsa Melayu Indonesia pernah ada dan hidup di Tanah ini. Ini Tanah yang diberikan Tuhan secara cuma-cuma kepada leluhur dan nenek moyang kami POAP. Lelehur dan nenek moyang kami POAP mewariskan atau menitipkan kepada kami POAP dan kami akan mewariskan kepada anak cucu kami ke depan.
Sudah cukup lama, bangsa kolonial modern Indonesia merusak, menghancurkan dan membinasakan dengan cara-cara biadab, kejam, kriminal dan rasis, yaitu terbaru sangat tidak manusiawi yaitu, mutilasi 4 warga sipil di Mimika pada 22 Agustus 2022 dan menyiksa 3 warga di Mappi 1 orang orang tewas di tangan TNI pada 30 Agustus 2022.
Mewakili POAP sebagai orang-orang dari keturunan bangsa terjujur di bumi ini, Lukas Enembe Gubernur Papua sudah sampaikan bahwa 1 milyar uang pribadi. Tapi, KPK dan Pemerintah dengan pendiriannya mengatakan uang gratifikasi.
Prof. Paul Ekman mengakui:
"Orang Papua Ras Melanesia, Manusia Terjujur Terakhir di Dunia."
Seperti Pastor Frans Lieshout, OFM mengakui:
"Saya sendiripun belajar banyak dari manusia Balim yang begitu manusiawi. Saya masih mengingat masyarakat Balim seperti kami alami waktu pertama datang di daerah ini. Kami diterima dengan baik dan ramah, tetapi mereka tidak memerlukan sesuatu dari kami, karena mereka sudah memiliki segala sesuatu yang mereka butuhkan itu. Mereka nampaknya sehat dan bahagia, ...Kami menjadi kagum waktu melihat bagaimana masyarakat Balim hidup dalam harmoni...dan semangat kebersamaan dan persatuan...saling bersalaman dalam acara suka dan duka..." ( Sumber: Kebudayaan Suku Hubula Lembah Balim-Papua, 2019, hal. 85-86).
+++++
Saya sependapat dan mendukung penuh pernyataan adik saya, Samuel Tabuni, sebagai berikut:
"MARI, KITA HITUNG UANG HASIL TAMBANG, GAS DAN MINYAK DARI PERUT BUMI PAPUA DENGAN 1 MILYAR YANG DITUDUHKAN KPK UANG GRATIFIKASI SELAMA INI."
"Konsekuensi dari media yg direlease secara terbuka oleh Pak Menko. Wajib kita semua pejabat dan rakyat Papua bersatu evaluasi pemerintah pusat atas hasil uang Kekayaan alam kita. Mulai dari Freeport dan LNG. Freeport bayar berapa ke negara setiap tahun sejak kontrak karya pertama 1967 dan kedua 1991? LNG bayar berapa ke negara sejak kontraknya dibuat? Kita hitung setiap tahunnya secara detail, termasuk peruntukannya.
Kami Orang Asli Papua (OAP) bergabung dgn NKRI tidak bawa diri kosong. Kita bawa dan serahkan seluruh Tanah dan kekayaan alam kita baik yg terdapat dilautan, daratan, udara dan isi perut bumi untuk dikelolah secara bijak untuk kemajuan, kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan bagi warga Nusantara/NKRI."
Dalam menyikapi persoalan konspirasi dan kriminalisasi ini, setiap narasi-narasi atau pernyataan-pernyataan di Media dari para penguasa Indonesia, kita perlu melayani dengan data dan fakta. Karena, " mungkin data bisa lebih keras berbicara" daripada kebohongan publik juba pejabat atau undang-undang.
Kita ikuti teror dan intimidasi yang ditebarkan oleh Moeldoko di depan publik. Persoalan keadilan dan kemanusiaan tidak bisa diselesaikan dengan teror dan intimidasi. Itu sudah kuno dan usang dan tidak relevan dengan dinamika peradaban kemanusiaan dalam era modern ini.
"Lukas Enembe, ya, saya mungkin bisa lebih keras berbicara. Karena ini, persoalannya persoalan hukum murni, ngak ada persoalan politik. Maka siapapun harus mempertanggungjawabkan di depan hukum. Ngak ada perkecualian. Gitu! Kalau mereka dalam perlindungan masyarakat yang apa dalam pengaruhnya Lukas Enembe, apa perlu, TNI dikerahkan, untuk itu? Kalau diperlukan ya, apa boleh buat? Begitu! Intinya apa? Intinya bahwa Negara ini, pemerintah ini, Presiden Jokowi, Pak Presiden telah mengelontorkan luar biasa keuangan untuk Papua." (Moeldoko, Kepala Staf Presiden).
Pernyataan seperti ini semakin memperdalam luka Penduduk Orang Asli Papua. Karena itu, tulisan saya ini untuk memperjuangkan dan mempertahankan harkat dan martabat kemanusiaan kami POAP di atas TANAH leluhur kami sendiri. Kami POAP bukan pendatang, bukan tamu, bukan manusia-manusia terdampar. Kami POAP adalah manusia, bukan seperti hewan yang dimutilasi, dibantai dan dimusnahkan. Sudah waktunya, kami berdiri dan mengatakan: "SUDAH CUKUP."
Di Papua ada masalah ketidakadilan, kekerasan dan kejahatan negara, mutilasi, pelanggaran HAM berat dan peminnggitan atau marginalisasi POAP di atas Tanah leluhurnya, rasisme, fasisme, kolonialisme, militerisme, kapitalisme, dan imperialisme yang berjalan telanjang dan sudah menjadi luka membusuk dan bernanah di dalam tubuh bangsa Indonesia.
LUKA MEMBUSUK DAN BERNANAH di dalam tubuh bangsa Indonesia dan juga "batu kerikil" dalam sepatu Indonesia atau "duri" dalam tubuh bangsa Indonesia, tidak dapat diselesaikan dengan api, yaitu pendekatan keamanan atau militer, uang, Otsus jilid 1, dan pemaksaan Otsus sentralisasi jilid 2 dan pemaksaan DOB Boneka.
Seluruh kejahatan Negara ini disimpulkan beberapa kata: "Papua LUKA MEMBUSUK DAN BERNANAH di dalam tubuh bangsa Indonesia." Saya sendiri mengatakan: "Papua adalah "batu kerikil" dalam sepatu Indonesia atau "duri" dalam tubuh bangsa Indonesia.
Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno mengatakan:
"...Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. PAPUA ADALAH LUKA MEMBUSUK di tubuh bangsa Indonesia."( Sumber: Magnis: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme: 2015, hal. 255).
Pastor Frans Lieshout melihat:
"PAPUA TETAPLAH LUKA BERNANAH di Indonesia." (Sumber: Pastor Frans Lieshout OFM: Gembala dan Guru Bagi Papua, (2020:601).
Semua mata komunitas global ada di Indonesia, khusus di Papua, karena pelanggaran HAM berat yang dilakukan negara selama 61 tahun sejak 19 Desember 1961 sampai sekarang.
Dan juga, semua mata komunitas global ada di Papua, karena Sumber Daya Alam yang melimpah. SDA ini menjadi daya tarik dari komunitas global, sehingga konspirasi politik dapat mengorbankan Penduduk Orang Asli Papua (POAP).
Dalam pemahaman ini, Indonesia mau sampaikan kepada komunitas internasional, bahwa kegagalan pembagunan di Papua selama masa Otonomi Khusus disebabkan oleh Pejabat Penduduk Orang Asli Papua (PAOP). Dengan agenda konspirasi itu, tokoh sentral Papua, Lukas Enembe Gubernur Papua dikriminiasi konspirasi politik dengan 1 milyar rupiah adalah uang pribadi Lukas Enembe gubernur Papua.
Kesimpulan: SUDAH WAKTUNYA PENDUDUK ORANG ASLI PAPUA (POAP) BERHAK MENGEVALUASI DAN MENGGUGAT KEBERADAAN INDONESIA DI TANAH PAPUA. Mari, POAP Sadar, Bangkit, Bersatu, dan Menggugat Indonesia.
"Meskipun kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran itu akan mengalahkannya."_ • In Memoriam Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy.
Doa dan harapan saya, tulisan singkat ini memberikan pencerahan kepada semua saudara dan sahabat untuk sadar, bangkit, bersatu dan menggugat Indonesia.
Terima kasih. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
Ita Wakhu Purom, Sabtu, 21 Januari 2023
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3 Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
3. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
_________
NO HP/WA: 08124888458
Sumber: Gembala DR. A.G. Socratez Yoman