Fakta di depan mata kita
SEPERTINYA TUHAN ALLAH SUDAH CABUT HIKMAT DAN AKAL SEHAT DARI PARA PENGUASA INDONESIA DAN KPK
Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman
"Sahabatku Lukas Enembe, tangamu diborgol oleh Negara, tapi keluhuran budimu, hati nuranimu, keluguanmu, kepolosanmu, orang dermawan sejati itu belum berhasil diborgol oleh penguasa Indonesia melalui KPK. Pembelaan dari TUHAN pasti datang dengan kebenaran dan keadilan. Bersabarlah Sahabatku SiPendiam yang selalu senyum polos dan tulus dan juga membaca dan melihat hati nurani setiap orang dengan mata iman, mata hatimu. Sahabatku, engkau adalah guru berbudi luhur di planet ini."
Perlakuan kejam, tidak manusiawi, tidak beradab, tidak adil yang dijiwai dengan diskriminasi rasial, kriminalisasi dan politisasi terhadap Lukas Enembe Gubernur Papua sepertinya TUHAN Allah sudan mencabut hikmat dan akal sehat dari para penguasa Indonesia.
KPK mewakili Negara tampil seperti pahlawan tapi pada saat yang sama KPK sampaikan kepada publik Indonesia, Papua dan komunitas global bahwa Indonesia dihuni dan dipimpin tanpa hikmat Tuhan, tanpa akal sehat dan tanpa hati nurani kemanusiaan.
Negara melalui KPK juga sedang mempertontonkan dan mempertegas kepada komunitas internasional, bahwa Indonesia Negara pelaku pelanggaran berat HAM terhadap Penduduk Orang Asli Papua (POAP).
Pemerintah Indonesia melalui KPK kepada sedang menyampaikan masyarakat internasional:
"Hei, kamu lihat, ini loh, kekejaman kami, kejahatan kami, ketidakadilan kami, rasisme kami terhadap Penduduk Orang Asli Papua. Lihat, kami ada tangkap Lukas Enembe Gubernur Papua dalam keadaan sakit. Lihat, kami ada borgol tangannya. Lihat, dia sakit tapi kami tetap periksa dia."
KPK juga sampaikan kepada rakyat Indonesia, rakyat Papua dan komunitas global, bahwa:
"Hei, lihat, di Indonesia, nilai Pancasila:
"Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" tidak berlaku bagi Penduduk Orang Asli Papua. Orang Papua itu Monyet, Gorila dan lain-lain."
Negara melalui KPK sampaikan kepada publik, bahwa:
"Hei, lihat, kami sedang isolasi dan pembiaran Lukas Enembe Gubernur Papua tanpa memenuhi hak-hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang layak dan memadai, hak makan dan minum, hak istirahat yang layak. Hei, lihat, kami lebih mencintai dan mengasihi 1 milyar uang pribadi Lukas Enembe, kami tidak peduli dengan hak hidup, hak kesehatan, hak istirahat dan hak untuk makan dan minum."
Kejahatan kemanusiaan, kekejaman, pelanggaran berat HAM dilakukan Negara melalui KPK ialah "KPK BORGOL LUKAS ENEMBER GUBERNUR PAPUA, JELAS-JELAS ORANG YANG TIDAK BERDAYA"
Aturan perang, yaitu tidak boleh menembak mati musuh yang ada dalam keadaan tidak berdaya,yaitu :
1. Musuh tanpa Senjata;
2. Baru turun dari terjun payung;
3. Lumpuh karena terkena tembakan;
4. Musuh sudah angkat tangan untuk menyerah.
Apabila tentara menembak mati musuh dalam keadaan seperti diatas, maka tentara bersangkutan sudah pasti melanggar hukum perang yang berlaku secara Internasional. Nagara yang taat pada aturan sudah tentu proses hukum dan menjatuhkan sanksi kepada tentara bersangkutan.Perang yang baku bunuh saja ada batasan aturan.
Tetapi, bagaimana dengan Pemerintah Indonesia melalui KPK yang memborgol Lukas Enembe Gubernur Papua yang sudah tidak berdaya lemah yang jelas-jelas berada dalam keadaan sakit, lemah kemudian menjadi tontonan rakyat Indonesia, Papua maupun Internasional?
Tulisan ini, saya akhiri dan berkesimpulan dengan mengutip tulisan Arbishop Desmond Tutu dalam bukunya: The Rainbow People of God, sebagai berikut:
" By the way, these are God's children and they are behaving like animals. They need us to help them recovery the humanity they have lost." (1994:124).
Terjemahan bebas seperti ini:
"Omong-omong, ini adalah anak-anak Tuhan dan mereka berperilaku seperti binatang. Mereka membutuhkan kita untuk membantu mereka memulihkan kemanusiaan yang telah hilang." ( Tutu:1994: hal.124).
Kutipan ini benar-benar mencerminkan watak dan perilaku yang didemonstrasikan penguasa Indonesia melalui KPK. Hikmat dan pikiran sehat dan hati nurani kemanusiaan para penguasa Indonesia sudah dicabut oleh Tuhan Allah dan mereka berperilaku seperti binatang dan mereka berjalan dan bekerja tanpa hikmat dan pikiran sehat dan hati nurani kemanusiaan.
"Perlawanan tanpa batas demi Keadilan, Martabat Kemanusiaan untuk Perdamaian atau Harmoni Permanen di planet ini harus menjadi nafas bersama, tidak perduli darimana latar belakang Anda."
"Saya tidak peduli keyakinan agama Anda, keyakinan ideologi Anda, saya tidak peduli NKRI harga mati atau Papua Barat Merdeka harga mati. Saya HANYA peduli dan berkewajiban memelihara dan merawat Persaudaraan dalam Kemanusiaan untuk Perdamaian Permanen di planet ini untuk semua umat manusia."
Akhir kata:
"Sahabatku Lukas Enembe, tangamu diborgol oleh Negara tapi hati nuranimu, keluguanmu, kepolosanmu, pribadi dermawan sejati itu belum berhasil diborgol oleh penguasa Indonesia melalui KPK. Pembelaan dari TUHAN pasti datang. Bersabarlah Sahabatku SiPendiam yang selalu membaca dan melihat hati nurani setiap orang dengan mata iman, mata hati. Lukas Enembe memberikan salam dengan tulus, polos, jujur dan penuh kasih. Ia memberikan apa yang ada padanya dengan tulus. Ia tidak pernah mengharapkan balasan, pujian dan penghargaan. Lukas Enembe seperti mata Tuhan, wajah Tuhan dan tangan Tuhan dalam dunia realitas."
Terima kasih. Selamat membaca. Tuhan memberkati.
Ita Wakhu Purom, 28 Januari 2023
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3. Anggota: Konferensi Gereja-Gereja⁰ Pasifik (PCC).
3. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________
Nomor Kontak: 08128888712; 08124888458