Dan ini tanggapan PastorAmandus Rahadat Pr. Sialahkan baca tuntas juga.
"PERTAMA & KEDUA:
Adakah seruan konkrit dari KWI menyangkut Dialog yg dimaksud???
Kiranya Point KEDUA itu memberi Signal bhwa seruan itu BELUM ada, atau ada tetapi belum nampak.... JUSTRU ITU, kami para Pastor berseru minta perhatian!!
KETIGA
Papua itu luas, dari Sorong sampai Merauke, dari Biak sampai Mimika
Kunjungan Mgr. Suharyo, bukan atas nama KWI, tetapi kunjungan seorang Uskup Jakarta untuk para pastor Projo dari KA Jakarta yang bekerja di Keuskupan Timika, khususnya SATU PAROKI di pedalaman, itulah Paroki Bomomani. Kami menghargai kunjungan beliau, tetapi dalam konteks kekerasan terhadap manusia Papua, kiranya Point KETIGA ini tidak kena!!! Karena itu, kami para Pasor seTanah Papua tidak menyapa Uskup Jakarta, tetapi kami Menyapa Mgr Ignatius Suharyo sebagai Ketua KWI.
KEEMPAT
Kondisi Sigi, anda katakan, adalah MURNI masalah kemanusiaan.... sedangkan Kondisi Papua, anda katakan itu masalah sosial politik.
SEPERTINYA, Kekerasan/pembunuhan sadis di Sigi, sesuai ulasan media, adalah masalah SOSPOL juga, karena pelaku kekerasan adalah anggota ekstrimis (Yg mau berpisah dari NKRI)... Kelompok itu berjuang utk mendirikan sebuah Negara sendiri (bangsanya ISIS)
Sementara masalah di Papua, memang terdapat permasalahan SOSPOL... lalu kami Para Pastor yg bekerja di tsnah ini BERTANYA:
Mengapa KWI BEGITU CEPAT menanggapi peristiwa Sigi, sementara penderitaan orang Papua yg begitu LAMA, tidak ditanggapi secara tegas dan cepat seperti di Sigi??
Di sini, harap anda mengerti “rasa cemburu” kami... Kami tdk atau belum masuk dalam hitungan atau perhatian KWI
... itu sebabnya kami, para Pastor berseru minta Perhatian!!
KELIMA
Terima kasih atas ajakanmu, tetapi anda perlu tau bahwa Kami sedang BERPROSES ke arah sana, sesudah kami serukan secara bersama. Memang masing2 pastor dgn cara & gaya sendiri sdh berjuang untuk memajukan Dialog itu, tetapi secara bersama-sama kiranya kami akan berusaha untuk melangkah ke depan demi terwujudnya Dialog menuju kedamaian itu
KEENAM
*Salus Populi*... anda bilang domain Pemerintah...
*Cura Animarum* .. anda bilang domain para pastor...
Coba anda bayangkan:
cura animarum dilakukan para pastor ditengah-tsngan kondisi wilayah pelayanan dimana Salus Populi terancam...
Kasihan mendengar sharing para pastor yg masuk dalan situasi berat itu; mereka itu mempertaruhkan nyawa, antara hidup dan mati diantara perseteruan 2 kubu: TNI/POLRI & TPN/OPM
Apakah Pemerintah bisa jamin terciptanya Salus Populi? Faktanya, minim!!
itu sebabnya, kami para pastor BERSERU minta perhatian, khususnya mereka yg melakukan tugas mulia CURA ANIMARUM terhadap umat yg resah di area konflik bersenjata!!
KETUJUH
GaraM meyakini bahwa Hirarki MENDUKUNG Pemerintah... OK..
Kami mau tanya: PEMERINTAH yg mengirim pasukan begitu banyak ke wilayah basis Cura Animarum yg kami geluti, lalu masyarakat hidup dalam Ketakutan, bahkan terjadi penembakan yg mengakibatkan kematian, dan itu disaksikan okeh pastor .... bahkan ada pastor yg “mengungsi” saking takutnya.... apakah HIRARKI mendukung hal itu??
Sdr Berti... ayo, Come ON... Coba datang ke Pspua dan mengambil posisi para pastor yg berada di area konflik, apa perasaanmu??
KAMI BERSERU UNTUK MINTA PERHATIAN DARI SEMUA PIHAK:
@ TNI/POLRI - OPM/TPN
@ PEMERINTAH Pusat dan
PEMERINTAH Daerah
@ Pimpinan Gereja: KWI &
Para Uskup Regio Papua
@ dll..
MARI BERSAMA BERDIRI MENYELAMATKAN MANUSIA PAPUA, khusus di Hari HAM Internasional ini
Tanggapan dari
P. Amandus Rahadar Pr
Gereja Katedral 3Raja
TIMIKA".