Untuk kita yang Sedang Merantau, Teruslah Berproses untuk Hasil yang Matang
Jika
mengingat kembali apa yang terjadi di belakang, saat pertama kali kita beranjak meninggalkan rumah,bapa,mama,adik,kaka dan sanak saudara ada satu rasa yang melapisi hati Sesak dan berat untuk meninggalkan mereka.
Nafas kita sudah tak teratur, disaat kita mulai menyimpan barang-barang kita. Di dalam
pikiran terus saja berlari kalimat saya akan segera meninggalkan rumah ,bapa,mama,kaka,adik serta semua keluarga
dan semua kenangan.
Terkadang kita hendak menangis, melihat bapa dan mama yang
walau dengan berat hati menyimpang barang kita, tetap tak tersembunyi wajah yang tdk
relanya. Menyuruhmu makan yang banyak dan segera tidur agar besok tidak
terlambat ke bandara, tetapi tetap tak bisa menyembunyikan wajah
pilunya. Memang bapa dn mama sama sekali tdk menampakkan kesedihannya.
Tetapi
diamnya sudah sangat menunjukkan. Kembali, rasa sesak dalam hati kita
rasakan kesedihan mereka ketika kita memegang tas, sambil jalan sesekali berbalik memandangi wajah bapa dan mama yang
semakin jauh semakin tdk kentara lagi. kita rasa tepat, saat air mata
jatuh membasahi pipi mereka bukan saat di depan kita. Mungkin bisa cukup
membuktikan bahwa kita bisa hidup mandiri, tambah bapa dan mama di perantauan.
Kita
pun tiba di suatu tempat baru dengan segala sesuatu yang nyatanya
berbeda dengan tempat kita yang dulu. Tak dapat disangkal, bahwa apapun
yang akan kita lalukan dan lalui semuanya berhubungan dengan cara hidup
di rumah. Kemandirian kita mulai dipupuk, kita harus bisa menyeimbangkan
waktu belajar kita dengan urusan-urusan lain seperti mencuci pakaian,
membersihkan kamar kos, berbelanja kebutuhan harian dan lain sebagainya.
Semua itu sadar atau tidaknya kita lakukan sendiri tanpa ada yang
menyuruh kita seperti kita tinggal bersama bapa dengan mama di kampung halaman semuanya di perintah lalu kita lakukan.
Kita bertemu
orang-orang baru, yang mampu membuat kita tertawa lepas bahkan membuat kita menangis sejadi-jadinya. Kita bertemu hal-hal baru yang dulu tak kita
jumpai dan kita juga mengetahui banyak hal yang dulu tdk kita ketahui. Kita
menikmati semua prosesnya. Namun ada saatnya, kita diam tdk melakukan
apapun dan bayang kita lari pada nyamannya rumah. Telfon kita berdering,
disana tterpapar nomor bapa dan mama yang tak pernah bosan menanyakan
kabar kita setiap hari walaupun sibuk bagimanapun. Cerita mengalir, apa yang kita alami yang membuat kita kesal dan bahagia kita ceritakan. Menanyakan kabar mereka yang jauh
disana juga jadi sesuatu yang wajib diperbincangkan.
Kita terkadang iri, melihat kebersamaan teman-teman bersama keluarganya
yang dengan sangat mudah ditemui. Namun kita yang orang tuanya jahu hanya bisa bermimpi untuk temui orang tua kita.
Hari
demi hari kita jalani, merantau membuat kita lebih kuat dari sebelumnya.
Kita yang dulu mentah kini matang oleh waktu. Merantau membuat kita
menghargai kebersamaan, merantau memaksa kita berpikir cepat, merantau
mendorong kita berlaku sederhana. Merantau mengajari kita banyak hal. Hingga
pada akhirnya, masa akhir rantau kita tiba, kita hanya bisa mengenang dan
berterima kasih.
kepada kedua sang pahlawan yaitu bapa dan mama yang tdk pernah lelah memberi nafkah kehidupan kepada kita selama di daerah perantauan.
Terimakasih bapa dan mama
yang tdk pernah mengenal rasa bosan demi saya
Akhir kata Teruslah berproses bagi kita yang masih proses di daerah merantau semoga dengan proese yang lama kita bisa petik buah yang matang.
@Mepa Black Uwia