Kadang
Kita Akan Melewati Terowongan Gelap, Jangan Takut Andalkanlah Dia!
Mazmur
119: 105
“Firman-Mu itu
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
Baru-baru ini,
keluarga kami pergi menikmati pemandangan yang sangat indah, Glacier Point,
untuk melihat Half-Dome dan Lembah Yosemite. Di perjalanan, kami menemukan
sebuah terowongan yang aku sudah lupakan. Melewati gua yang gelap dan duduk di
kursi penumpang, aku mengeluarkan kamera baruku untujk mengambil gambar. Aku
mengintip cahaya kecil di ujung terowongan lewat jendela bidik, menunggu tiba
di pintu keluar. Sebaliknya, penantianku berubah jadi seruan keras, “Ini
terowongan terpanjang yang pernah aku datangi!” kataku.
Adapun cahaya
itu sangat kecil dan dindingnya tetap gelap. Meskipun kami mengemudi tapi
posisi kami sepertinya tak sama.
Dalam
kehidupan, kita juga kadang kala menemukan terowongan tak terduga di tengah
perjalanan menuju tujuan kita. Pengalaman inipun bisa berbeda-beda. Hal ini
bisa saja berupa tumpukan tagihan sementara kondisi keuangan kita tetap tak
naik-naik. Atau saattelepon tak bordering, kotak email tetap kosong. Matahari
bisa terbit setiap hari tapi pikiran kita meredup, hal ini terjadi hari demi
hari.
Lalu, bagaimana
harusnya kita melewati terowongan ini dalam hidup kita? Kita terus mencari
cahaya. Kita mengandalkan Tuhan dan terus melepaskan rencana dan waktu kita.
Aku ingat pada
suatu kali saat bekerja pertama kali, aku mencari pekerjaan selama masa krisis
ekonomi. Tapi ternyata saat itu banyak perawat yang dipecat. Akhirnya, peluang
pun datang. Aku diwawancarai oleh manajernya dan memberitahuku soal kondisi
saat itu. Saat aku ditawari pekerjaan itu, aku pun langsung menolaknya.
“ya Tuhan, aku
tak bisa bekerja untuk seseorang yangsuka berteriak,” pikirku.
Tapi Roh Kudus
mendorongku dan membuatku merasa tak nyaman. Aku pun menghubungi pihak
perusahaan dan menerima posisi itu. Hanya Tuhan yang tahu kalau manajer itu dua
bulan kemudian digantikan dengan manajerbaru yang lebih kompeten. Pekerjaan itu
pun menjadi berkat bagiku.
“Percayalah
kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
(Amsal 3: 5)
Untuk percaya
kepada Tuhan, kita harus tetap di dalam firman-Nya supaya iman kita terbangun
dan kita bisa mendengar suara-Nya dan mengenali jalan-jalan-Nya.
Dalam bukunya Candles
in the Dark, penulis bernama Amy Carmichael mengisahkan tentang perjalanan
misinya ke India. Dia mengarungi hutan di tengah malam hanya dengan menggunakan
lentera supaya dia tak tersandung oleh bebatuan saat berjalan.
“Kami melakukan
perjalanan rohani dengan lentera tangan, bukan dengan cahaya listrik. Dan
lentera hanya menunjukkan langkah berikutnya. Kalau langkah selanjutnya
terlihat jelas, melangkahlah. Jangan kuatir tentang langkah-langkah di luar
yang bisa kamu lakukan,” tulisnya.
“Firman-Mu itu
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119: 105)
Tuhan juga
memberikan kekuatan untuk hari ini, untuk saat ini, dan menit ini juga. Dia
adalah Allah yang membawa kita dari kekuatan ke kekuatan seperti yang tertulis
dalam Mazmur 84: 5-7, saat bangsa Israel mengitari padang gurun. Kita tak bisa
menambahkan kekuatan dari bulan, dari minggu,atau dari sore. Sumber kekuatan
kita, yaitu Dia lah yang memberikan kita kekuatan saat kita melangkah keluar
dan menari di waktu yang bersamaan ketika Dia memimpin kita. Kita aman, kita
hidup dengan potensi penuh kita selama mengarungi perjalanan di terowongan itu.
Pintu keluarnya akan kelihatan.
Waktu kita
keluar dari terowongan di Yosemite, semua warna-warni yag indah bermunculan.
Ledakan cahaya terjadi secara mendadak, kami menatap langit biru yang megah dan
pondok-pondok megah yang merayap di jalan beraspalnan berliku di depan
kamu mengarah ke tujuan akhir kami. Terowongan itu ada di belakang kami.
“Karena
Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari
kegelapanku.” (Mazmur 18: 28)
Tuhan Yesus
Memberkati