Ada seorang dermawan yg dari atas gedung menebar uang pecahan:
Rp. 5.000,-
Rp. 10.000,-
Rp. 20.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 100.000,-
Di bawah gedung, berkerumun banyak orang yg sibuk. Mereka saling berebut memunguti uang yg berserakan "TANPA ADA YANG PEDULI" sumber uang itu dari SIAPA
Suatu saat, Sang Dermawan naik lagi ke atas gedung tsb & kali ini beralih menebar kerikil-kerikil kecil ke dalam kerumunan orang yg ada di bawah. Sontak terjadi keramaian.
Ada yg terkena di kepala, bahu, tangan, punggung & anggota tubuh lainnya. Lalu mereka panik & marah, menengadah ke atas berusaha "MENCARI TAHU" dari mana sumber dari kerikil-kerikil tsb dijatuhkan?
Itulah sikap dari kebanyakan manusia, saat "BERKAH"
(hal yg menguntungkan) datang, semua sibuk tanpa peduli siapa yg memberi & sedikit sekali yg mampu berterima kasih & mau mengucap syukur atas keberkahan tsb.
Namun saat "masalah datang" maka semua akan spontan mencari sumber masalah & biang keroknya. Mereka akan serta-merta marah & menyalahkan orang lain tanpa mau cari solusi lagi.
"Apakah kita hanya mau menerima yg baik saja, tetapi tidak mau menerima yg buruk ?"
Tanpa mau tahu bahwa hidup ini sebenarnya sudah "satu paket" baik & buruk, senang & susah, semuanya satu kesatuan yg tak mungkin terpisahkan.
Bila suatu ketika kita "kena giliran" menjalani hal-hal buruk & susah, maka jalanilah dgn tabah & tetap "bersyukur", karena hanya itu kuncinya..
Mau belajar "SABAR?"
Nanti kita akan ketemu dgn orang-orang yg keras kepala kepada kita.
Mau belajar "MENGAMPUNI?"
Nanti kita akan dipertemukan dgn orang-orang yg menyakiti kita.
Mau belajar "MEMBERI?"
Sebentar lagi kita akan dihadapkan dgn orang-orang yg berkekurangan.
Mau belajar "RENDAH HATI?"
Tunggu saja, nanti akan ada orang-orang yg merendahkan diri kita.
Kabar buruknya, "HIDUP INI TAK AKAN ADA YANG SEMPURNA !"
Kabar baiknya, "KITA TAK PERLU HIDUP YANG SEMPURNA UNTUK BISA MENIKMATINYA"