Saya pernah memiliki banyak keinginan, banyak cita-cita.tetapi
apa yang saya impikan tidak bisa mencapai sampai disana pada waktu itu yang
sudah saya tentukan. Perasaan marah dan kecewa campur aduk yang muncul dari dalam diri saya. sayapun
bertanya kepada Tuhan, mengapa Tuhan mengizinkan saya gagal mencapai apa yang saya
inginkan. Sebenarnaya Saya tahu bahwa
tidak seharusnya saya mempertanyakan hal ini pada Tuhan, tetapi saat itu
kekecewaan begitu menguasai saya.
Hingga pada suatu malam sebelum tidur, saya membaca postingan teman di salah satu media sosial. Sepotong
refrain dari lagu berjudul Trust
His Heart, yang berbunyi:
God is too wise, to be mistaken
God is too good, to be
unkind
So when you don’t
understand, when you don’t see His plan
When you can’t trace His
hand
Trust His Heart
Dalam bahasa Indonesia kurang
lebih berarti:
Allah begitu bijak, tak mungkin salah
Allah begitu baik, tak
mungkin jahat
Saat kau tak mengerti, (saat
kau) tak paham rencana-Nya,
(saat kau) tak melihat
tangan-Nya,
Percaya hati-Nya.
Syair itu membuat saya
merenungkan apa yang saya alami. Benar bahwa banyak impian saya yang tidak
menjadi kenyataan, namun saya telah melupakan sejumlah fakta yang penting. saya
lupa bahwa ada satu Pribadi yang selalu bekerja di balik layar. saya lupa bahwa
setelah saya diselamatkan, hidup yang kujalani sekarang ini bukanlah milikku
sepenuhnya. Bukan saya yang memegang kendali penuh atas hidup saya. Saya lupa bahwa meskipun saya memiliki pensil dan
kertas, Allah memiliki alat tulis yang lengkap!
Allah tidak hanya berbicara melalui lagu itu, tetapi juga
melalui Firman-Nya. Dia menolongku untuk memahami dengan jelas bahwa Dialah
sesungguhnya yang memegang kendali penuh atas hidupku. Dia berfirman dalam
Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan
apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan.”
Saya sadar bahwa saya telah bersikap seperti
seorang anak kecil yang menuntut semua keinginannya harus terpenuhi dan doanya
dijawab segera pada saat begitu memintanya. Saya tidak sedang hidup sebagai
seorang hamba yang mengenal dan percaya kepada Tuannya, Allah yang memegang
kendali penuh atas hidup saya.
Sobat, tidak salah jika kita
punya banyak impian dan keinginan. Tetapi janganlah kita pernah lupa bahwa kita
memiliki Allah yang berdaulat, yang memegang kendali atas segala sesuatu. Kita
boleh saja memegang pensil dan menulis semua impian dan keinginan kita, tetapi
ingatlah bahwa Allah memegang penghapusnya. Yang seallu menghapus
keinginan-keinginan kita yang tidak benar, dan menuliskan rencana-Nya yang lebih
baik dalam hidup kita. Dan bagaimana Dia bekerja di balik layar hidup kita
masing-masing.