Sang Sejarawan Gereja Katolik Dan Martir Bagi Generasi Manusia Papua.
Oleh : Yasman Yaleget
Sebagai anak muda yang juga sebagai orang yang menganut agama katolik tentunya memiliki rasa keingintahuan yang tingghi tentang sejarah gereja, karya-karya misonasris dan semua upaya-upaya tentang adanya penyebaran misi katolik.
Dalam moment kegiatan ini kami mendapatkan bnayak pengetahuan tentang sejarah para misionaris dari berbagai ordo yang pernah melayani, berkarya bahkan sampai dnegan mengakhiri kehidupannya hanya untuk Tanah dan Manusia Papua.
Sebuah cerita pengalaman kenangan hidup yang tidak akan pernah terlupakan baik secara pribadi maupun kelompok yang pada saat itu kami secara langsung dapat bertemu dengan salah seorang misionaris yang tiba di Tanah Papua (Irian Jaya) sebagai misionaris terkahir (semenjak adanya pemerintahan Soeharta”Orde Baru” menutup dan mengatakan tidak boleh ada lagi misionaris asal belandan semenjak 1978 entah apa alasanya. ) Tetapi masih sempat kedatangan misionaris katolik pada tahun 1983.
Beliau adalah salah satu misionaris sekaligus sejarawan Fransiskan Katolik yang pernah bertugas pada awal tahun 80-an sampai dengan saat ini, dan beliau adalah Fransiskan Papua yang memiliki jiwa budaya Katolik yang sungguh luar biasa.
Pria kelahiran belanda 07 Maret 1939 dari keluarga pasangan Yohanes Nikolaus Dister dan ibunya bernama Maria Katarina. Pastor Profesor Dr. Nico Syukur Dister,OFM adalah seorang filsuf, guru besar, dan penulis serta teolog Katolik dari Fransiskan.
Pastor nico Mengucapkan kaulkekalnya di dalam persaudaran Fransiskan pada September 1962 dan di tabiskan sebagai imam di belanda pada maret 1964, ia menempuh pendidikan ilmu filsafat dan teologi di Belanda,Bergia dan Jerman Barat serta mendalammi ilmu psikologi terutama di psikologi agama.
Setelah ia meraih gelar Doktor (S3) di bidang filsafat di Universitas Leuven, Belgia pada 1972, dan ia mulai berkarya dan mengajar sebagai dosen di Indonesia.
Dia mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat "Driyarkara", Jakarta sejak 1973, Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik "Karya Wacana", Jakarta sejak 1977 dan pada tahun Sekolah Tinggi Filsafat "Fajar Timur" Abepura Jayapura sejak 1983, hingga memasuki usia pensiun (Emiritus).
Selain dari ke tiga perguruan yang di sebutkan ia juga telah mengajar di beberapa perguruan tinggi lainya dan juga memiliki karya-karya filsafat,teologi dan psikolosgi agama dan berbagai artikel ilmiah lainya, antara lain :
• Bapak dan Ibu Sebagai Simbol Allah, Kanisius – BPK Gunung Mulia, 1983.
• Filsafat Agama Kristiani – BPK Gunung Mulia, 1985.
• Kristologi, Sebuah Sketsa, Kanisius, 1987.
• Pengalaman dan Motivasi Beragama, Edisi Kedua, Kanisius, 1988.
• Filsafat Kebebasan, Kanisius, Cetakan pertama 1988, cetakan kedua 1991 dan cetakan ketiga 1993.
Setelah memasuki masa pensiuanan ia menetap di Biara Santo Antonius Sentani di masa senjanya, dan ia sungguh-sungguh memiliki hati untuk terus melayani umat Allah.
Pater Nico juga telah melewati pesta 50 tahun masa hidup membiara sebagai Fransiskan dan pesta 50 tahun sebagai seorang imam fransiskan hingga saat ini ia memasuki usia 84 tahun di atas Tanah Papua.
Dalam menjalankan misi keselamatan dalam pewartaan dan karya-karyanya pastor Nico benar-benar memiliki kekuatan dan kasih hati yang sangat tinggi dalam memperhatikan generasi penerus negri papua yang tidak berkecukupan bertempat tinggal.
Untuk membantu semua kebutuhan generasi anak papua pada tahun 1992 pastor nico pertama kalinya mendirikan sebuah tempat penampungan,pembinaan serta pengarahaan anak-anak sebagai generasi papua yaitu panti asuhan Putri Kerahiman Ilahi dan kedua kalinya ia mendirikan Pantiasuhan Polomo Pada Tahun 2002, dan pastinya banyak karya-karya lainya yang tidak dapat penulis menuliskanya disini.
Sebagai penulis akan menceriterakan sedikit tentang bagaimana awal mengenali sosok pastor nico dalam pergumulannya hingga saat ini.
Pada awal November 2022 di inisiasi suatu kegiatan ziarah makam misionaris oleh Sdr. Soleman, dan beberapa terman-teman lainya menggelar kegiatan ziarah makam para misionaris dan diskusi seputaran karya-karya para misionaris serta mengenang jasa atass semua para misoanaris yang pernah bersaja untuk manusia Papua di Biara Santo Antonius Sentani.
Ziarah ini dilakukan dalam rangka hari para arwah sedunia yang jatuh pada 2 November 2022. Seharusnya, kegiatan dilakukan pada hari itu, hanya saja karena bertabrakan dengan kegiatan para imam di biara ini, maka sepakat agar digelar pada tanggal 04 november 2024.
Dalam momen ini kami mendoakan arwah para misionaris dari Tarekat Jesuit, Kongregasi Hati Kudus Yesus (MSC), Fransiskan Papua, Ordo Santo Agustinus (OSA), Ordo Salib Suci (OSC), imam Projo, katekis dan tokoh awam pribumi Papua yang menerima misionaris, katekis dan Katolik.
Pada momen ini, orang tua dan anak muda, termasuk Pastor Nico Syukur Dister OFM yang hadir, satu-satunya misionaris yang masih bertahan di Keuskupan Jayapura, bertukar pikiran, tanya jawab dan melakukan refleksi bersama.
Penulis bersama semua orang merasa heran, sedih dan bahkan menangis setelah mendengarkan cerita, terutama pengorbanan orang tua, misionaris, katekis dan semua orang yang berkeringat untuk menanamkan Katolik pada masa lalu.
Singkat cerita dalam moment itu kami pun masuk dalam pengujung acara yang mana kami akhiri dengan makan siang bersama. Ada satu kalimat singkat yang ia utarakan secara langsung kepada penulis bahwa “ Naput, Makanan Yang Telah Kalian Sediakan Pada Hari Ini Adalah Makanan Yang Paling Special Dan Istimewa Di Dunia.“
Setelah 2 tahun kemudian kami bertemu kembali di moment yang berbeda yaitu pada saat perayaan pesta kerahiman ilahi dan pemberkatan kapel kerahiman ilahi yang di selenggarakan oleh kelompok kerahiman ilahi papua bersama semua umat katolik di tanah papua tepatnya di daiget kabupaten keerom provinsi papua.
Lagi-lagi ia membuat hati umatnya sangat kagum dan terkesima di balik usianya yang samkain tua tetapi semangat melani dengan kasih untuk umat katolik dan atas kehadirannya yang terkahir kali untuk melakukan pemberkatan penandatanganan Batu Nisan Kapel Kerahiman Ilahi “Kwembobaba Dumamoy Daiyus”.
Pemberkatan dan perayaan pesta kerahiman ilahi di minggu pertama pasca paskah ini di laksakan 07 April 2024 dan di awali dengan jalan salib bersama yang di pimpin oleh pastor jhon Bunai.
Pada sejarah awal pada tahun 1937 semenjak ordo Fransiskan pertama datang ke papua mereka mengatakan bahwa “ Kami Di Utus Untuk Menanamkan Atau Menaburi Gereja Di Tanah Papua”.
Tetapi dalam sambutannya Pastor Nico mengatakan bahwa “Dari Sekian Tahun Dari Kemudian Bahwa Lebih Cocok Untuk Mengatakan Kami Datang Untuk Mencangkokan Gereja Di Papua.” Orang yang mencangkokan memakai apa yang sudah ada, tunas/ranting/ sisah pohon, yang di cangkokkan mulai berkembang dan menjadi dirinya sendiri, begitu pula injil di cangkokan pada Agama-Suku orang Papua sebelum kedatangan misionaris bukanlah orang tak beriman, dan orang Papua juga sebelumnya menyambah Tuhan Allah dengan cara yang belum lengkap dan belum sempurna.
Misalnya, belum disadari bahwa Allah itu adalah Kasih, Allah itu kerahiman,allah itu berbelas kasih, itu unsur baru dan unsur itu di cangkkokan pada kesadaran keagamaan orang papua sendiri.
Misi dan pandangan ini mulai berkembang ketika para misionaris bertamu dengan orang-orang papua dan merasakan pertemuan itu sebagai pemerkayaan kaish allah yang besar, sampai dengan hari ini saya di perkaya oleh adat istiadat orang Papua.
Satu minggu usai perayaan minggu pertama pesta Kerahiman Ilahi di Daiget rupanya kami dapat bertemu kembali yang ke tiga kalinya dan juga sekaligus pertemuan terakhir kami sebelum ia meniggalkan tanah papua, dan kembali ke negri asalnya Negri Kincir Angin (Belanda), tepatnya pada tanggal 14 April 2024 di panti asuhan Putri Kerahiman Ilahi Papua Sentani, pada momentum penyelenggaran penghargaan awam Katolik atas semua jasa dan karya-karyanya dan juga bersama para misioanaris lainya di Papua.
Satu pesan yang penulis kutib dalam momentum acara penghargaan ini, ialah pastor nico dister adalah seorang pastor ordo fransiskan dan itu sudah ada penggantinya oleh pastor-pastor OFM lainya, yang kedua pastor nico adalah pengajar dan itu sudah ada penggantinya oleh dosen-dosen lainya di STFT dan berbagai kampus lainnya, dan yang ke tiga semua bidang atas berbagai karyanya sudah ada semuanya.
Namun, yang menjadi persoalan ganjalan hati dan pikiran tersendiri oleh pastor nico adalah bagaimana kelanjutan anak-anak generasi papua yang ia akan tinggalkan ini, akan kah ada perhatian dari kaum awam ? ataukah dari para pastor pribumi ? Dan persoalan ini sungguh-sungguh menjadi sebuah beban hati dan batin dari seorang Pastor Nico ketika tiba di negri asalnya.
Pada akhir dari tulisan kecil ini banyak harapan, dan kesan yang ingin dapat dia oleh penulis namun, apa yang ingin di sampaikan itu penulis menyadari bahwa tidak akan cukup nilainya untuk membalas semua upaya, jasa dan karya-karya pastor nico syukur dister dan semua para misionaris yanng pernah berkaya di atas tanah papua ini, pada akhirnya sebagai anak muda dan mewakili semua anak muda papua penulis menyampaikan beribu-ribu terimakasih atas semua yang telah pastor berikan dan korbankan untuk Tanah dan kami manusia Papua.
Selamat jalan semoga tiba dengan selamat, dan teruslah menjadi martir dalam Roh bagi kemanusian dan keadilan bagi manusia untuk meraih kebebasan diatas tanah Papua.
"Kebiasaan Tradisional Yang Tidak Sesuai Dengan Iman Dan Moral Injili Perlu Dimurnikan Bukan Dihilangkan, Apalagi Dimusnahkan” (Pastor Nico Syukur Dister, OFM)
Jayapura,17 April 2024