Doa Bapa Kami versi Kaum Tertindas

0

 Doa Bapa Kami (versi Kaum Tertindas): Entah kenapa saya teringat dengan alm. Rm. Adi Wardaya, SJ. Dia pernah menjadi pastur mahasiswa di Surakarta pada tahun-tahun 1990an. Dia sangat aktif dengan jaringan teater rakyatnya. Dia juga aktif memberikan pelatihan-pelatihan 'active non-violence.

Romo di, begitu orang-orang memanggilnya, pernah mendapat pelatihan teater rakyat di Filipina. Dia memakai metode ini untuk melakukan penyadaran (kadang disebut konsientisasi) di kalangan anak-anak muda, buruh, maupun petani. 

Yang paling saya kenang adalah "manipulasinya" terhadap doa Bapak Kami (The Lord's Prayer), doa yang paling banyak didaraskan oleh pemeluk Kristen.

Mungkin doa ini tidak terlalu puitis. Dia keras. Dia terkesan revolusioner. Blak-blakan. Hitam dan putih. Romo Adi mempopulerkan ini bersama dengan Keping (Kelompok Pinggiran) yang bersamanya sejak dari Solo. 

Romo Adi Wardaya meninggal pada 8 Desember 2011. 


Doa “Bapa Kami Kaum Tertindas”

Bapa kami yang ada di surga.

Engkaulah Allah yang memihak orang yang melarat, bukan pada orang yang gila harta.

Engkaulah Allah yang berdiri di sisi orang yang tertindas, bukan pada orang yang gila kuasa.

Engkaulah Allah yang berbelas kasih pada orang yang hina, bukan pada orang-orang yang gila hormat.

Dimuliakanlah namaMu

Di antara para petani, yang harus menggarap sawah-sawah tergadai,

Di lingkungan para buruh, yang harus berteduh di gubuk kumuh,

Di kalangan anak asongan, yang harus mandi di kali tercemar,

Di antara rakyat kecil, yang tergusur demi suksesnya pembangunan.

Datanglah KerajaanMu

Yakni dunia baru,

Yang berundang-undang cintakasih,

Yang berhaluan kebebasan,

Yang bertatanan keadilan.

Jadilah kehendakMu di atas bumi,

Untuk memberi makan pada yang lapar.

Untuk memberi minum pada yang haus.

Untuk memberi tumpangan pada para pendatang.

Untuk memberi pakaian pada yang telanjang.

Untuk melawat mereka yang sakit.

Untuk mengunjungi mereka yang ada dalam penjara.

Untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang tertimpa ketidakadilan.

Seperti di dalam sorga,

Yang berpihak pada rakyat kecil.

Yang mengutuk segala bentuk intimidasi.

Yang menghilangkan segala upaya pembodohan masyarakat.

Yang membongkar segala praktik bisnis serakah tanpa moral.

Yang mendobrak segala praktik penyalahgunaan kekuasaan.

Berilah kami rezeki pada hari ini,

Agar kami kuat dan berkobar dalam membongkar budaya bisu,

Agar kami kuat dan pantang mundur dalam melawan budaya takut,

Agar kami kuat dan berani menentang budaya pakewuh.

Dan ampunilah kesalahan kami,

Karena kami diam, ketika hutan-hutan dibabat untuk arena balap mobil.

Karena kami bungkam, ketika rumah dan ladang digusur untuk lapangan golf.

Karena kami bisu, ketika sawah-sawah dirampas untuk rumah mewah.

Karena kami tak acuh, ketika rakyat kecil disingkirkan demi gemerlapnya keindahan kota.

Seperti kami pun mengampuni,

Mereka yang bersalah kepada rakyat.

Melalui sistem pembodohan massal.

Sehingga rakyat hanya mampu mengucap “ya, ya, dan ya”.

Jangan masukkan kami kedalam percobaan,

Sehingga kami pun ikut melakukan kekerasan.

Seperti mereka yang tidak mengenal Tuhan,

Sehingga kami hanya mampu melontarkan kritik,

Tanpa kami sendiri bertindak adil, jujur, dan bertanggung jawab,

Sehingga kami berpihak dan membantu orang kecil,

Tetapi kami sendiri tidak terlepas dari permainan manipulasi.

Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat,

Yakni pikiran yang memonopoli kekayaan alam,

Perkataan untuk memanipulasi pendapat umum,

Perbuatan yang melecehkan keinginan rakyat.

Amin.


Postingan 28 Juni 2016

- Made Supriatma



Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top