Sepertinya yang Diinginkan Rindu
Bukan Hanya Bertemu, Tapi Lebih dari Itu
Sebenarnya yang diinginkan rindu ?
Sebenarnya aku pun tak mengerti
kenapa goresan penaku selalu menguraikan perihal rindu. Sering aku berpikir
apakah sudah tak ada kosa kata lagi ? Karena aku yakin setiap orang memiliki
caranya sendiri dalam menjamu rindu, tapi rasanya kali ini aku benar-benar
kehabisan cara bagaimana menghadapinya, ia tak pernah bertanya terlebih dulu
apakah aku sedang ingin bercengkrama atau sedang ingin menyendiri dan sedang
tak ingin berkawan dengannya.
Perlahan kutepis tapi tetap saja tak
pernah bisa, penaku tak bersahabat dengan hatiku, ia tetap membela rinduku yang
pada akhirnya pena menuntunku menguraikan rasa rindu itu. Ah biarlah ku ikuti
alurnya bagaimana penaku merangkaikannya biar ku nikmati saja.
Rindu ini tak pernah sedikitpun
membiarkanku beristirahat walau mataku sudah ingin terlelap.
Walau terkadang saat hari mulai
gelap rindu ini tak sedikitpun ikut lelap, ia tetap saja menghantuiku. Ia
sungguh tak tahu malu mendatangiku tanpa peduli waktu. Seringkali aku mencoba
berdamai dengannya tapi rasanya sangat sia-sia, ia tetap saja tak pernah sirna
dari sisi ku, dan selalu beriringan dengan rasa sepi yang sering kali tak tahu
permisi. Ia tetap saja menyiksaku seolah tak memperdulikan permohonan damaiku,
ia tetap saja mengabaikannya dan tak mau tahu, ia terus menerus menemaniku
walau aku tak memintanya bahkan saat aku memintanya pergi.
Ingin rasanya aku terlelap dan
melepaskan semua rasa cemas tentang rindu yang seakan tak pernah ingin lepas,
detik demi detik tak pernah alfa dari pengawasannya. Rasanya begitu ambigu, aku
merindu tapi aku tak mau dihantui rindu.
Rindu ini tak pernah menyerah walau
ia sudah memerintahkan airmata agar membuat mataku memerah.
Rasanya bukan kali pertama aku
menitikan air mata. Air mata ini kerapkali jatuh saat aku meratapi rindu yang kerapkali
bertamu. Aku tak mengerti mengapa rindu tak pernah ingin pergi walau air mata
sudah menghujani pipi, bahkan saat aku merasa hatiku sudah menyerah rindu ini
tak sedikitpun sirna. Dalam relungku selalu bertanya-tanya apa sebenarnya yang
diinginkannya ? mengapa ia terus menyiksa seolah tak memberiku sedikit saja
seda untuk beristirahat dari tikamannya yang terkadang terlalu menyiksa.
Ia tetap saja tak ada hentinya
mengusikku, walau aku sudah diam terpaku meratapi rindu yang semakin hari
semakin mengganggu. Tenya demi tanya pun ku buat untuk mempertanyakan yang
diinginkan rindu ? Tapi belum sedikitpun terpancar jawaban. Kata-demi kata
terus ku ukir hanya untuk menguraikan apa yang diinginkan rindu ini tapi tetap
sama belum ketemui kalimat apa-apa.
Rindu ini tak pernah memberiku
sedikit saja jeda untukku bercengkrama dengan syahdunya dunia.
Aku yang seringkali mencoba
bersembunyi dari rindu ini, tapi tetap saja gagal karena ia selalu berhasil
menemukanku bahkan saat aku bersembunyi pada tempat yang seharusnya sulit
ditemui. Ah rasanya cukup aku tak ingin lagi bersembunyi, karena dimanapun aku
bersembunyi dia tetap selalu berada disisi.
Sungguh aku tak mengerti apa yang
diinginkan rindu? apa ia tak suka melihatku bahagia? apa ia yang tak ingin
ingin memeberi ruang sedikit saja untuk menikmati dunia seorang diri? Entah
kenapa rindu ini bisa begitu setia tak sedikitpun berkurang malah kian hari
semakin bertambah.
Apa sebenarnya yang di inginkan
rindu ini ? Sudah ribuan kali pertanyaan itu aku lontarkan, ah tapi tetap saja
belum kutemui jawaban.
Kurasa rindu ini menunggu temu.
Selama ini saat rindu ini gencar
kukira satu-satunya obat adalah dengan melepaskan dengan cara pertemuan, ah
tapi rasanya tidak. Meski telah terobati oleh indahnya senyuman dan renyahnya
tawa, rindu ini tak musnah. Meski terhempas indahnya tatapan mata, ternyata
rindu ini tetap sama. Meski terhalang jarak rindu ini tak sedikit pun musnah.
Kupikir rindu ini menunggu temu,
ternyata tidak. setelah pertemuan itu usai rindu itu kembali gencar, ternyata
ia tak hilang ia hanya bersembunyi menghindari tawa bahagia kedua insan yang
sedang melepas rindu, dan kemudian ia kembali gencar saat jarum jam sudah
menunjukan waktu perpisahan.
Lalu apa yang di ingin sebuah rindu
jika bukan pertemuan? Hari demi hari kubelajar memahami bahwa rindu ini tak
hanya mengharap temu. Iya benar, kurasa bukan hanya sebuah temu yang semu yang
ia harapkan atau sekedar cengkarama yang tak begitu lama, tapi yang dibutuhkan
rindu adalah sebuah kebersamaan penuh makna, kebersamaan yang berlangsung lama,
kebersamaan yang berlangsung setiap saat yang tak ada lagi sekat dan tak ada
Karena obat rindu bukan pertemuan yang semu, melainkan dengan kamu menggenapi
agamaku dan aku menggenapi agamamu.
Hakikat menggenapi rindu bukan
dengan pertemuan semu, tapi dengan kamu menggenapi agamaku dan aku menggenapi
agamamu.
Karna itulah yang sebenarnya
diinginkan rindu, agar rindu itu tenang dan tak lagi gencar mengusik dan
mendatangimu setiap malam. Mungkin itulah satu-satunya cara menghalau rindu
yang selalu mendatangimu, ia akan tenang karena tak ada lagi penghalang, ia
perlu bersama dalam suka maupun duka bukan hanya waktu yang sekejap saja.
Tak akan ada lagi dosa yang akan
tercipta dari sebuah hanya dari sebuah senyuman indah yang tersungging dari
raut wajah kedua insan yang sedang bertemu karena melepas rindu. Nanti genapi
separuh agamaku dan genggam tanganku mari kita jalani hidup ini dan jangan
penah membiarkan rindu kembali menemani karena setiap detiknya rindu ini dapat
kita genapi.